Informasi Lainnya

Custom Search

Kamis, 08 Mei 2014

FEDOFILIA

Barangkali kita semua merasa tesentak mendengar kasus pelecehan sexual terhadap anak atau yang di istilahkan dengan fedofilia muncul lagi kepermukaan padahal sebelum sebelumnya kasus semacam ini sudah pernah dan bahkan sering terjadi.

Berbagai media cetak dan elektronik memberitakannya seolah oleh kasus fedofilia ini tidak pernah tuntas. Lalu apa yang bisa kita petik dari kasus ini.

Adanya berbagai macam kasus yang terjadi rasanya kurang bijak kalau kita hanya menyalahkan salah satu pihak misalnya saja pihak penegak hukum ataupun kepolisian yang di sinyalir karena lemahnya pengawasan dan tidak ada upaya pencegahannya.

Memang sangat di sayangkan dan barangkali kita semua ikut merasa prihatin kenapa kasus kasus seperti ini terjadi lagi. Bagi para orang tua yang menjadi korban dari kasus kekerasan sexual yang menimpa anak mereka tentu merupakan pukulan yang teramat berat mengingat akan dampak yang bisa di timbulkannya. Secara psikis perkembangan mental si anak akan sangat terganggu di samping upaya pemulihannya memerlukan waktu yang cukup lama dan bahkan bisa membuat trauma yang cukup berkepanjangan.

Secara umum terjadinya berbagai kasus kejahatan secara berulang ulang bisa di sebabkan oleh beberapa faktor di antaranya:

1. Lemahnya pengawasan dan penegakan hukum
2. Tidak ada upaya pencegahan secara berkelanjutan
3. Sistem pendidikan yang berorietasi pada kecerdasan intelektual tanpa di imbangi dengan pendidikan moral dan etika
4. Perubahan sikap dan prilaku manusia akibat pergaulan bebas

Lemahnya pengawasan dan penegakan hukum

upaya pengawasan perlu di lakukan oleh semua pihak. Dalam kasus kekerasan sexual (fedofilia) pengawasan dari para orang tua, Guru di sekolah, masyarakat, para penegak hukum dan juga pemerintah mutlak di perlukan. Mengingat salah satu pihak saja yang lengah tidak menutup kemungkinan kasus yang sama akan terulang kembali. 

Hukum perlu di tegakan dengan cara bagaimana para penegak hukum mampu memberikan efek jera terhadap para pelakunya tidak hanya terbatas pada kasus fedofilia akan tetapi semua bentuk tindakan kejahatan lainnya.

Disini peran media cetak dan elektronik akan memegang peranan yang sangat penting oleh karenanya jangan mempertontonkan tindakan kekerasan secara berulang ulang karena di kawatirkan hal tersebut akan menginspirasi pelaku kejahatan yang lain untuk melakukan tindakan yang sama.

Tidak ada upaya pencegahan secara berkelanjutan

Ibarat kata pepatah lebih baik mencegah daripada mengobati. Terjadinya kasus kekerasan sexual terhadap anak secara berulang kali tentu bertolak belakang dengan ungkapan tersebut. Hal ini salah satunya di sebabkan karena kita sering lupa tatkala kejadian yang sama tidak terdengar lagi. Bukankah tindakan kejahatan bisa terjadi karena ada kesempatan? Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sudah barang tentu akan membawa imbas baik dan  kurang baik akan tetapi bagaimana cara kita menangkal berbagai pengaruh buruk yang ada di dalamnya adalah tindakan yang paling bijaksana.

Upaya melakukan pencegahan terkait dengan kekerasan sexual pada anak anak peran serta orang tua dan juga semua pihak terkait lainnya menjadi sangat penting salah satunya bisa di lakukan dengan memberikan pemahaman kepada si anak untuk tidak mau melakukan segala sesuatu yang di larang oleh ajaran agama, demikian juga jangan memberikan fasilitas secara berlebihan apapun bentuknya kalau memang belum di anggap perlu. Kebiasaan buruk pada sebagian besar orang tua biasanya mereka suka memanjakan anaknya dengan membelikan ini itu agar si anak merasa senang namun mereka sering lupa akan dampak yang di timbulkannya. 

Sebagai sebuah contoh banyak anak anak di berikan membawa sepeda motor ataupun handphone oleh orang tuanya sekalipun mereka tahu si anak belum cukup umur. Ingat, pengalaman adalah guru terbaik oleh karenanya kita semua perlu belajar agar tindakan kekerasan terhadap anak tidak terulang kembali.

Sistem pendidikan yang berorietasi hanya pada kecerdasan intelektual tanpa di imbangi dengan pendidikan moral dan etika

Sistem pendidikan yang hanya berorientasi pada kecerdasan intelektual cendrung melahirkan anak pintar namun tidak bermoral ataupun beretika.

Cerdas itu penting akan tetapi kalau tidak bermoral ataupun tidak beretika akan berakibat fatal.

Contohnya saja korupsi. Kenapa mereka menjadi koruptor jawabannya sederhana karena mereka tidak memiliki moral dan etika yang baik. Lalu kenapa mereka tidak memiliki moral yang baik itu semua karena mereka tidak pernah belajar budi pekerti.

Sudah menjadi kewajiban kita semua untuk menanamkan pengertian sedari awal kepada si anak mana yang boleh di lakukan dan mana yang tidak boleh untuk di lakukan. Upaya pencegahannya kembali harus melibatkan semua pihak mulai dari peran aktif orang tua, guru di sekolah, pemuka agama dan masyarakat, aparat penegak hukum dan juga pemerintah. Tanpa ada kordinasi yang baik di antara satu dengan yang lain mustahil berbagai bentuk tindakan kejahatan bisa di berantas.

Perubahan sikap dan prilaku manusia akibat pergaulan bebas
Sebagai sebuah negara yang berketuhanan Yang Maha Esa hanya akan menjadi sebuah slogan kalau sebagian besar masyarakatnya sudah tidak mampu memfiltrasi berbagai dampak buruk yang di timbulkan akibat pengaruh globalisasi.

Menghadapi era globalisasi (pasar bebas) kita akan di hadapkan pada sebuah dilema, di satu sisi untuk bisa bersaing di tingkat internasional kita harus mampu menguasai teknologi informasi namun di sisi lain akan banyak sekali pengaruh buruk yang bisa di timbulkannya. Oleh karenanya menciptakan generasi muda yang cerdas dan memiliki moral yang baik adalah kunci penyelesaiannya.

Bagaimana caranya, melakukan kordinasi dan kerjasama dengan berbagai pihak terkait serta menciptakan sistem pendidikan yang berkeseimbangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar