Bagaimana Cara Menilai Sebuah Kebenaran Duniawi
Menilai sebuah kebenaran duniawi bisa di ukur dari tingkat keabsahan ataupun obyektifitas terhadap penyelesaian berbagai bentuk masalah serta tidak terkontaminasi dengan berbagai kepentingan pribadi maupun golongan.
Di sebuah negara hukum tugas dan tanggung jawab untuk memberikan penilaian dan juga keputusan terhadap nilai sebuah kebenaran biasanya di bebankan kepada para hakim.
Dalam fungsi dan tugasnya sebagai penegak hukum mereka harus mampu menempatkan dirinya secara bijak agar setiap keputusan yang di ambil tidak menimbulkan berbagai penafsiran terlepas unsur puas dan tidak puas akan selalu ada.
Tugas seorang hakim merupakan tugas yang sangat mulia dan bisa di ibaratkan sebagai sebuah bentuk tanggung jawab moral di mana setiap gerak geriknya harus mencerminkan sifat sifat Ketuhanan.
Tidak pilih kasih ataupun tebang pilih dalam memutuskan setiap perkara, semuanya harus di berlakukan sama di hadapan hukum sesuai dengan tingkat kesalahannya. Mereka para hakim nakal yang senantiasa mengharapkan imbalan dari setiap perkara yang di tanganinya kita anggap saja sebagai sebuah pengecualian. Mereka itu bukanlah penegak hukum kebenaran akan tetapi sebagai penegak kemungkaran.
Menjadi seorang hakim tidaklah mudah oleh karenanya mereka semua harus di bekali pengetahuan spiritual yang memadai agar dalam menjalankan tugasnya tidak tergiur dengan berbagai bentuk kepentingan duniawi. Dengan di bekali pengetahuan spiritual yang memadai merekapun sudah sedari awal menyadari bahwa segala bentuk penyimpangan yang di lakukannya kelak akan mereka pertanggung jawabkan kehadapan Tuhan Yang Maha Kuasa (Tuhan sebagai sumber dari segala sumber kebenaran).
Melakukan penilaian terhadap sebuah kebenaran juga bisa di lakukan dengan pendekatan secara logika terutama jika tidak di dukung dengan bukti bukti yang kuat dan juga saksi saksi.
Hal ini biasanya banyak terjadi pada upaya penyelesaikan perselisihan dalam kaitannya dengan kehidupan berumah tangga misalnya perceraian pasangan suami istri.
Alasan sebuah perceraian biasanya banyak terjadi karena adanya perbedaan prinsip yang notabene tidak di ketahui oleh siapapun kecuali mereka yang menjalaninya. Dengan pendekatan secara logika penyelesaian perselisihan terkait dengan masalah perceraian menjadi lebih mudah terlebih jika hal tersebut sudah menjadi kesepakatan kedua belah pihak yang bersengketa.
Sementara melakukan penilain kebenaran dalam kaitannya dengan kehidupan sosial kemasyarakatan bisa di ukur dari kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Seseorang cendrung di kucilkan oleh masyarakat atau di anggap salah karena mereka tidak pernah mengikuti aturan yang ada di tempat mereka tinggal. Hal tersebut biasanya sering terjadi pada mereka yang memiliki sifat sifat egois atau suka melakukan pembenaran pribadi.
Dari uraian tersebut di atas dapat di simpulkan bahwa penilaian terhadap nilai sebuah kebenaran haruslah mengacu pada beberapa hal berikut:
- Obyektif dalam menilai, tidak di dasarkan atas berbagai kepentingan pribadi dan juga golongan.
- Melakukan penilaian berdasarkan logika.
- Melakukan penilaian berdasarkan bukti bukti dan saksi saksi yang kuat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar